22 Mar 2015

Pengalaman Pertama Menjadi Tentor

Teaching
    Dalam benak setiap mahasiswa pastilah ada keinginan untuk tidak membebani orang tua. Begitupula dengan saya, sejak pertama kali masuk kuliah, saya sudah memantapkan diri saya untuk merealisasikannya yaitu dengan bekerja paruh waktu, apapun pekerjaan paruh waktu itu. 
Namun tidaklah mudah bagi seorang mahasiswa baru untuk mendapatkan sebuah pekerjaan, karena waktu bekerja yang bisa saja tidak bersahabat dengan waktu kuliah kita.

     Saya merasa beruntung bisa berkuliah di salah satu sekolah ikatan dinas yang ada di Indonesia yaitu Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) yang hampir setiap tahun mengadakan Ujian Saringan Masuk (USM STAN). Seperti kita ketahui bersama bahwa satu - satunya jalan untuk menjadi mahasiswa STAN adalah dengan mengikuti USM STAN. USM STAN sendiri terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap tertulis, kesehatan dan kebugaran, serta tahap akhir, yaitu wawancara. Dalam tahap tertulis setiap peserta diharuskan untuk mengerjakan dua tipe soal yaitu Tes Potensi Akademik (TPA) dan Tes Bahasa Inggris (TBI). 

    Seperti kita ketahui bersama bahwa materi TPA dan TBI tidaklah semuanya kita dapatkan di sekolah. Oleh karena itu banyak berdiri bimbel khusus untuk USM STAN di daerah - daerah maupun di sekitar kampus STAN, peminatnyapun tidak kalah banyak karena memang banyak sekali calon mahasiswa yang berminat untuk berkuliah di STAN.

    Sekedar pemberitahuan, sekarang saya adalah mahasiswa tingkat satu D-III Akuntansi STAN. Dulu, ketika masih persiapan mengikuti USM STAN saya tidak terlalu menguasai TPA sehingga saya menjadikan TBI sebagai andalan saya dalam USM STAN disamping memang karena saya sudah menyukai mata pelajaran bahasa Inggris sejak SMP. Ya, meskipun tidak bisa mengerjakan semua soal TBI dengan benar, minimal saya bisa mendapat nilai tambah dari TBI.

     Tiga bulan pertama kuliah di STAN saya lalui tanpa merealisasikan keinginan saya untuk meringankan beban orang tua, hingga pada bulan Februari saya bersama teman saya, Andika Arga Pratista dari Pemalang menemukan sebuah lowongan pekerjaan yaitu menjadi tentor TPA dan TBI di sebuah bimbel bernama SmartPro Education. Kamipun segera melamar, Arga melamar menjadi tentor TPA dan saya melamar menjadi tentor TBI. Ada dua tahap untuk lolos menjadi seorang tentor di sana Tahap pertama adalah mengirimkan Curriculum Vitae (CV), hal ini kami lalui dengan baik. Tahap selanjutna adalah mengerjakan soal sesuai bidangnya masing - masing dilanjutkan dengan micro teaching. Dalam hal mengerjakan soal, itu adalah hal biasa bagi kami. Tetapi apa itu micro teaching ? sebuah istilah baru bagi kami. Kami mencari tau mengenai istilah itu di internet dan ternyata micro teaching bisa kita katakan sebagai  "pengajaran Kecil, akan tetapi secara khusus Micro Teaching adalah bentuk kegiatan pendidikan dan pengajaran dalam usaha menyiapkan mahasiswa atau calon guru melalui kegiatan pengajaran, bimbingan dan latihan secara terprogram dan berkesinambungan guna terciptanya calon guru professional."( http://www.elearningpendidikan.com, diakses pada 22/03/2015). Setelah mendapatkan banyak informasi beserta tips melaksanakn micro teaching kami berangkat untuk melaksanakan test tersebut. Kami di wajibkan untuk mengerjakan beberapa soal, kemudiah kami diharuskan untuk dapat menjelaskan alasan mengapa kami memilih jawaban yang kami pilih. Dalam hal ini, penguji berperan sebagai siswa. Jadi, beliau bertanya kepada kami selayaknya seorang siswa yang bertanya. Kami. Setelah melaksanakan kedua tahap tersebut kami dinyatakan lolos untuk menjadi tentor.

     Pertama kali mengajar, saya sangat grogi, tidak tahu apa yang harus saya lakukan agar para siswa merasa nyaman. Bahkan, ketika pertama kali masuk ruangan, dunia ini serasa gelap gulita dan saya hampir saja kehilangan kemampuan bernafas. Saya mencoba mengendalikan diri, melaksanakan apa yang telah saya pelajari berminggu - minggu untuk menjadi seorang tentor, Hal pertama kali yang saya lakukan adalah mengucapkan salam, setelah itu mempersilakan siswa untuk berdoa, dilanjutkan dengan perkenalan, dalam tahap perkenalah saya mulai merasa tenang, mendapatkan kepercayaan diri saya karena saya bisa berinteraksi dengan siswa. Setelah perkenalan usai, dilanjutkan ke materi sesuai jadwal pada hari itu. Dalam menyampaikan materi, kita harus memastikan bahwa apa yang kita sampaikan dapat difahami oleh siswa. Jadi kita harus sesekali bertanya apakah mereka sudah faham atau belum, ada yang ingin ditanyakan atau tidak , atau berilah kesempatan mereka mengungkapkan pendapat mereka tentang materi yang sedang dibahas. Kita juga harus bisa mengendalikan situasi, karena ketika ita saya mengajar di sore hari, maka kebanyakan siswa sudah merasa capek, ngantuk dan bosan, oleh karena itu saya berinisiatif untuk membuat beberapa lelucon. Hasilnya, mereka merespon dengan baik dan melupakan rasa lelah, kantuk dan capek mereka. Untuk dapat menyampaikan materi dengan baik agar siswa memahami, kita harus memperisapkannya matang-matang sebelum mengajar. Hal terakhir yang saya lakukan adalah melakukan penutupan, yaitu dengan berdoa kemudian ditutup dengan ucapan salam. 

     Itulah pengalaman pertama kali saya menjadi tentor, semoga bisa membantu teman-teman mahasiswa yang ingin meringankan beban orang tua. Manfaatkanlah waktu kita dengan sebaik - baiknya, dengan menjadi tentor insyaallah akan bermanfaat juga nantinya di dunia kerja.

Sumber gambar : www.google.com

    

5 komentar:

Terimakasih Telah Berkunjung. Tamu yang Baik Selalu Meninggalkan Kesan. Silakan Tuangkan Kesan Kamu di Sini.